RAHASIA BOLA KOTAGG
Bab 1 – Sorotan Lampu di Stadion KotaGG
Stadion KotaGG malam itu penuh sesak oleh penonton yang datang dari berbagai kota. Pertandingan final turnamen tahunan ini menjadi puncak musim, mempertemukan dua tim raksasa: KotaGG United dan Garuda Raya. Lampu sorot memancarkan cahaya putih terang, mengelilingi lapangan hijau yang tampak berkilau.
Aldian, seorang jurnalis muda yang baru saja dipindahkan ke desk olahraga, mendapat tugas meliput laga ini. Namun dari balik kameranya, ia menangkap sesuatu yang janggal—bola yang digunakan memantulkan sinar biru samar setiap kali terkena cahaya lampu.
Awalnya ia mengira itu efek pantulan biasa, tetapi momen aneh terjadi saat salah satu pemain lawan hendak menendang bola tersebut. Kakinya terpeleset, bola bergerak sendiri, dan peluang emas itu hilang begitu saja.
Bab 2 – Pria Tua dan Peringatan
Usai pertandingan, Aldian mencoba mencari tahu tentang bola misterius itu. Saat berjalan di lorong menuju ruang ganti, ia bertemu seorang pria tua dengan langkah pelan namun penuh wibawa.
“Kamu melihatnya, kan?” tanya pria itu tanpa memperkenalkan diri.
“Melihat apa?” jawab Aldian, pura-pura tidak mengerti.
“Kilau biru di bola itu. Hati-hati, anak muda. Bola itu menyimpan rahasia yang tak semua orang bisa pahami.”
Pria itu kemudian memperkenalkan dirinya sebagai Raka, mantan pemain legendaris KotaGG yang menghilang dari dunia sepak bola dua dekade lalu. Ia bercerita singkat tentang Bola Eterna, bola yang konon membawa keberuntungan luar biasa bagi pemiliknya, namun juga dapat menghancurkan mereka yang tak siap menanggung bebannya.
Bab 3 – Menyelinap di Tengah Malam
Rasa penasaran Aldian semakin besar. Malam itu, ia memutuskan kembali ke stadion. Dengan sedikit keberanian dan rasa ingin tahu, ia melewati pagar besi yang setengah terbuka.
Stadion gelap gulita, hanya diterangi cahaya bulan yang redup. Di tengah lapangan, bola itu masih tergeletak, memancarkan sinar samar seperti memanggilnya untuk mendekat.
Setiap langkah terasa berat, seolah udara di sekelilingnya mengeras. Tiba-tiba, suara sorakan penonton terdengar—bukan dari dunia nyata, tetapi dari masa lalu. Dalam bayangan samar, Aldian melihat seorang pemain jatuh di tengah hujan deras, menggenggam bola itu erat sebelum menghilang dari pandangan.
Aldian sadar, rahasia bola ini jauh lebih besar daripada sekadar legenda.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar